A.
Pengertian
Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Dengan demikian harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian
diartikan sebagai suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian.
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan mutu suatu penelitian. Mutu penelitian dipengaruhi oleh kualitas
data penelitian. Terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas
instrumen sedangkan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen
yang telah teruji validitas dan reliabiltasnya, belum tentu dapat menghasilkan
data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara
tepat dalam pengumpulan datanya. Sedangkan jika kualitas instrumen yang
digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang
rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan
fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat
menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen
yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah
instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel
tertentu. Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk
mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan
instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang dijadikan landasan
penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam penelitian
kita. Selain itu konstruk variabel yang diukur oleh instrumen tersebut juga
sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam penelitian. Akan
tetapi, jika instrumen yang baku belum tersedia untuk mengumpulkan data
variabel penelitian, maka instrumen untuk mengumpulkan data variabel tersebut
harus dibuat sendiri oleh peneliti.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dlihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan
metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,
diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket),
observasi (pengamatan) dan
dokumentasi.
B.
Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang
variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif. Sedangkan menurut
Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu
suatu penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta
menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang
diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Pengumpulan Data
Secara garis besar, bentuk instrumen digolongkan menjadi dua
macam, yaitu:
a.
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang
alternative jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar – salah ataupun
skala jawaban. Instrumen yang berisi benar – salah, dapat berbentuk tes pilihan
jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching
choice), jawaban singkat (short answer), ataupun tes isian (completion test).
b.
Non
Tes (bukan test)
Pada instrumen non test atau bersifat
menghimpun dengan jawaban berstruktur, jawaban tersebut dapat dijumlahkan
sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal, interval
atau rasio, tetapi data nominal, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban. Pada
instrumen non tes dengan jawaban terbuka, data yang diperoleh pada umumnya
adalah data naratif deskriptif, deskriptif kualitatif ataupun kuantitatif
terkait dengan narasi. Dalam studi dokumenter, kemungkinan diperoleh data angka
yang bisa diolah menjadi data nominal, ordinal, interval atau rasio. Instrumen
yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari Likert, berupa
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun
skala garis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Ada 5 cara teknik pengumpulan data, yaitu:
a.
Interview
(Wawancara)
Interview (wawancara) merupakan salah
satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam bentuk
deskriptif kualitatif dan deskriptif secara kuantitatif. Wawancara dilaksanakan
secara lisan dalam pertemuan tatap muka individual atau kelompok. Dalam hal ini
wawancara dibedakan menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
b.
Kuesioner
(Angket)
Kuesioner (angket) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti
tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Oleh karena angket dijawab atau
diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan
responden, maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal.
Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada penngantar atau
petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas
menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu
panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan
berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari
responden secukupnya.
c.
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut biasa berkenaan
dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan
pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya. Observasi
dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi
partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,
pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta latihan. Dalam observasi non
partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
d.
Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan
tujeuan dan fokus masalah. Dengan demikian metode dokumentasi dapat
dilaksanakan dengan dua cara, yaitu: Pertama, pedoman dokumentasi yang memuat
garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya. Kedua, Check-list
yaitu daftar variable yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti
tinggal memberikan tanda setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
e.
Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Teknik Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber
berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama.
C.
Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah dalam menyusun instrument secara lengkap
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)
Sintesa
teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur (merumuskan
definisi konseptual) dan membuat konstruk variable (merumuskan definisi
operasional). Dalam hal instrument tes aspek kognitif, definisi konseptual
adalah standar kompetensi dan definisi operasional adalah kompetensi dasar.
2)
Kembangkan
dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variable. Dalam
hal instrument tes aspek kognitif, dimensi adalah indikator kompetensi dan
indikator adalah indikator soal.
3)
Buat
kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi,
indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indicator
4)
Tulis
butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Dalam hal
instrument non kognitif, digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
pernyataan atau pertanyaan positif (favourable) dan kelompok pernyataan atau
pertanyaan negatif (unfavourable).
5)
Butir
instrument yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik
6)
Validasi
pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis
yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk,
indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator. Validasi
pertama ini dapat disebut sebagai memvalidasi isi (content validity ).
7)
Berdasarkan
validasi pakar atau panelis dapat dilakukan revisi instrumen dan dapat
ditentukan besar validitas isinya berdasarkan rumus Gregory ataupun rumus CVR
(Content Validity Ratio ) (selengkapnya pada pembahasan validitas)
8)
Setelah
konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan
instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba. Dalam hal instrumen
pengukuran kinerja untuk aspek psikomotor, uji coba dilakukan dengan
menggunakan minimal 2 orang penilai (rater).
9)
Validasi
kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses
validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel
yang mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban
responden adalah data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas
empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan dengan
Analisis Faktor Konfirmatori atau Analisis Faktor Eksploratori(untuk skripsi
belum perlu dilakukan)
10)
Dihitung
koefisien reliabilitas dengan menggunakan formula atau rumus yang disesuaikan
dengan jenis data. Koefisien reliabilitas memiliki rentangan 0-1, makin tinggi
koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrument
(selengkapnya pada pembahasan reliabilitas). Dalam hal instrument pengukuran
kinerja (aspek psikomotor) perlu ditentukan juga reliabilitas antar rater.
11)
Untuk
instrument tes aspek kognitif, masih perlu dilakukan telaah butir secara
empiris berdasarkan respon siswa hasil uji coba, untuk menetapkan daya pembeda
butir dan tingkat kesukaran.
12)
Rakit
semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen final.
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di
atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh
instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel.
Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas
instrumen.
D.
Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang berarti
“kesahihan”. Validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur atau tes melakukan
fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Atau dengan
kata lain validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran
ukur. Tes yang valid adalah tes yang mampu mengukur apa yang hendak diukur, tes
yang valid untuk tujuan tertentu mungkin tidak valid untuk tujuan lain. Oleh
karena itu validitas selalu dikaitkan dengan tujuan tertentu.
Validitas pengukuran memiliki nilai dari rendah ke tinggi,
makin tinggi tingkat validitas makin baik pengukuran itu. Pemeriksaan validitas
pengukuran dilakukan sebelum alat ukur/tes digunakan sesungguhnya. Pemeriksaan
validitas pengukuran dapat dilakukan pada saat tes baru dibuat atau disusun dan
dapat juga dilakukan pada saat uji coba alat ukur. Apabila hasil pemeriksaan
menunjukkan tingkat validitas rendah, maka alat ukur dapat diperbaiki.
Pemeriksaan validitas dan perbaikan alat ukur dilakukan berulang-ulang sampai
alat ukur mencapai validitas pengukuran yang cukup tinggi.
Ada 3 jenis validitas pengukuran yaitu:
1) Validitas Isi
Validitas isi adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes)
dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai validitas isi yang
baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum. Oleh
karena fungsinya adalah melihat kecocokan, maka perlu orang-orang yang ahli di
bidangnya yang kita tunjuk sebagai panelis untuk memeriksa instrument kita.
Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas
instrument memenuhi syarat atau tidak digunakan 2 formula yaitu formula Schultz
& Whitney (2005) untuk melihat validitas isi masing-masing butir dan
formula Gregorry (2007) untuk melihat validitas isi secara keseluruhan.
a)
Pada
formula Schultz & Whitney (2005) analisisnya pada masing-masing butir,
digunakan formula :
Dimana: ne adalah banyaknya penelaah yang menyatakan
essential
N adalah banyaknya penelaah dan
validitas isi dikatakan memenuhi syarat jika CVR ≥ 0,75.
Contoh penggunaan formula Schultz
& Whitney (2005) hasil pemeriksaan oleh 10 panelis dari 4 item yang
diperiksa:
Butir ke.. Not necessary Usefull Essential CVR
1 1 1 8 0,6
2 0 1 9 0,8
3 0 2 8 0,6
4 0 0 10 1,0
b)
Untuk
keseluruhan butir digunakan formula dari Gregory (2007):
Pada formula Gregorry, diperlukan 2
orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indicator dengan butir-butir
instrument, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing
indicator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya.
Formula Gregory (2000) adalah sebagai berikut :
Content Validity (CV) =
Dimana,
A = Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B= Jumlah
item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan menurut Panelis II
C= Jumlah
item relevan menurut Panelis I dan yang kurang relevan menurut Panelis II
D= Jumlah item yang relevan menurut kedua Panelis
2) Validitas Kriteria
Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki
tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes.
Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes
atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas
berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi product moment antara skor tes
(X) dengan skor kriteria (Y).
Ada dua jenis validitas berdasar kriteria, yaitu validitas
prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren ( concurrent validity ).
a.
Validitas Prediktif
b.
Validitas Konkuren
E.
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari rely dan ability.
Istilah reliabilitas sering diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, kestabilan maupun konsistensi. Ide pokok dari reliabilitas adalah
sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek
memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi
terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran.
Bila perbedaan sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak
dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel. Penentuan reliabilitas instrumen
dapat dilakukan dengan tiga cara :
a.
Pendekatan
Tes Paralel
Pendekatan reliabilitas bentuk paralel dilakukan dengan
memberikan sekaligus dua bentuk tes yang paralel satu sama lain, kepada
sekelompok subyek. Dalam pelaksanaannya, kedua tes paralel dapat digabungkan
terlebih dahulu sehingga seakan-akan merupakan satu bentuk tes. Setelah selesai
dijawab oleh subyek barulah item pada masing-masing tes kembali dipisahkan
sehingga diperoleh dua distribusi skor. Selanjutnya dua distribusi skor ini
ditentukan reliabilitasnya dengan menghitung koefisien korelasi antar keduanya
dengan menggunakan korelasi product moment.
Kelebihan dari metode tes paralel ini adalah siswa hanya
mengerjakan sekali, sehingga mengurangi kejenuhan siswa. Namun penyusun soal
mengalami kesulitan karena menyusun dua perangkat soal yang paralel adalah
sebuah kesulitan tersendiri.
b.
Pendekatan
Tes Ulang
Dalam pendekatan ini penyajian instrumen diberikan sebanyak
dua kali dengan tenggang waktu tertentu. Apabila suatu instrumen telah
diberikan sebanyak dua kali kepada kelompok subyek maka akan didapatkan dua
distribusi skor. Selanjutnya 2 distribusi skor ini ditentukan reliabilitasnya
melalui formula korelasi product moment.
Kelebihan dari metode ini terletak pada lebih mudah pada
penyusunan soal karena hanya menyusun seperangkat saja. Namun demikian karena
siswa harus mengerjakan 2 kali soal yang sama, kemungkinan siswa akan menjadi
jenuh sehingga hasil yang didapatkan pada tes ke dua besar kemungkinan hanya
apa yang diingat dari tes pertama.
c.
Konsistensi
Internal
Kelemahan-kelemahan yang ada pada pendekatan tes ulang maupun
tes paralel dapat diatasi pendekatan konsistensi internal. Dengan pendekatan
konsistensi internal ini penyusun soal hanya cukup membuat seperangkat soal
saja dan diujikan kepada kelompok subyek satu kali. Dengan hanya satu kali
dikenakan pada kelompok subyek, berarti hanya akan ada satu distribusi skor.
Oleh karena itu prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada
kelompok-kelompok butir soal atau terhadap butir-butir soal sehingga perlu
diberlakukan pembelahan terhadap perangkat soal.
Pembelahan terhadap perangkat soal dapat menggunakan cara
random ataupun cara gasal genap. Cara apapun yang dipilih diharapkan akan
memberikan belahan yang setara atau homogen.
F.
DAYA PEMBEDA
Daya
beda butir merupakan kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa
berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya
pembeda butir, digunakan formula point biserial.
Formula
rumus korelasi point biserial adalah :
rxy =
dimana
:
rxy :
koefisien korelasi
Mp :
rerata skor total dari sejumlah subyek yang menjawab benar pada item yang
ditentukan validitasnya
Mt :
rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal
St :
standar deviasi dari skor total
p :
proporsi peserta yang menjawab benar
q :
proporsi peserta yang menjawab salah (q=1-p)
Kriteria
daya pembeda butir :
0,0 -
0,2 kurang dapat membedakan
0,21
- 0,4 cukup dapat membedakan
0,41
- 0,7 dapat membedakan dengan baik
0,71
- 1,0 dapat membedakan dengan baik sekali
DAFTAR BACAAN
Djemari Mardapi (2008).
Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Mitra Cendikia Press : Yogyakarta
Ebel, R.L & Frisbie,D.A
(1986). Essentials of Educational Measurement. Fourth edition. Prentice
Hall,Inc.Englewood Cliffs, New Jersey
Gregory, R. J. (2007).
Psychological testing: History, principles, and applications. 5th Edition.
Boston, MA: Allyn & Bacon.
Linn, R.L. & N.E.
Grondlund. (2000). Measurement and Assessment in Teaching. Eight edition.
Prentice Hall,Inc.Pearson Education Upper Saddle River,New Jersey
Shultz, K. S., &
Whitney, D. J. (2005). Measurement theory in action: Case studies and
exercises. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc.
Thorndike, R.M. (2005).
Measurement and Evaluation in Psychology and Education. Seventh edition. Upper
Saddle River, New Jersey, Columbus, Ohio.
Keyword
penyusunan instrumen penelitian
penyusunan instrumen penelitian kualitatif
penyusunan instrumen penelitian ppt
penyusunan instrumen penelitian kuantitatif
penyusunan instrumen penelitian tindakan kelas
penyusunan instrumen penelitian pdf
teknik penyusunan instrumen penelitian
langkah penyusunan instrumen penelitian
contoh penyusunan instrumen penelitian
prosedur penyusunan instrumen penelitian
pengembangan instrumen penelitian adalah
langkah penyusunan instrumen penelitian (angket)
artikel langkah penyusunan instrumen penelitian
Keyword
penyusunan instrumen penelitian
penyusunan instrumen penelitian kualitatif
penyusunan instrumen penelitian ppt
penyusunan instrumen penelitian kuantitatif
penyusunan instrumen penelitian tindakan kelas
penyusunan instrumen penelitian pdf
teknik penyusunan instrumen penelitian
langkah penyusunan instrumen penelitian
contoh penyusunan instrumen penelitian
prosedur penyusunan instrumen penelitian
pengembangan instrumen penelitian adalah
langkah penyusunan instrumen penelitian (angket)
artikel langkah penyusunan instrumen penelitian
0 Komentar