AHLI PEMIKIR ISLAM DI INDONESIA

2:56:00 PM
1.      Amien Rais
Amien adalah sosok yang sangat apresiatif terhadap pemikiran Islam puritan dari tokoh-tokoh ikhwan al-Muslimun dan jema'at al-Islami, dan pemikiran kaum modernis awal yang secara teologis dan ritual mempengaruhi Muhammadiyah. Di samping itu, ia juga minat dibidang politik nasional dan internasional, merupakan titik berat kajian Amien. Berbagai pengamatan Amien yang intens mengenal pelbagai persoalan politik ditingkat internasional, khusunya Timur Tengah, merupakan bidang keahlian yang menonjol.

Dalam bidang pemikiran Islam, visi Amien merupakan counter terhadap gagasan modernisasi, sekulerisasi, dan liberalisasi. Bagi Amien, sikap yang demikian merupakan suatu "ancaman" yang harus diwaspadai oleh kaum muslim. Soalnya, sekulerisasi menurut Amien sesuatu yangtidak bisa dikompromikan dengan agama.
Sikap Amien yang kritis terhadap sesuatu yang ‘berbau' Barat mungkin bisa dipahami, mengingat pandangan-pandangan keislamannya yang serba alternatif. Kritik-kritik terhadap pahan leiberalisme dan sosialisme-marxisme dengan pisau analisis Islam, menempatkan posisi pada kelompok pembaruan Islamisasi. Titik berat pesan Amien dalam pembaruan adalah, bagaimana realitas dan pembaruan sosial ditundukkan oleh agama. Dan puncak segala sesuatu itu, bergantung pada semangat tauhid sebagai inti ajaran. Dalam usaha menundukkan realitas lewat syari'at inilah Amien menganjurkan untukbersikap kritis terhadap khurafat dan bid'ah tradsi dan nilai modern yang ‘jahili'. Laulu ia menawarkan tajdidi yang memang khas Muhammadiyah yaitu mengembalikan persoalan kepada al-Qur'an dan Sunnah.
Hal lain yang menjadi penekanan Amien ialah terhadap masalah keadilan sosial, Ijtihad Amien yang tergolong cukup berani ialah saat menawarkan zakat profesi sebesar 20 persen. Gagasan ini, tentu saja dilatarbelakangi ooleh komitmen Amien untuk selalu bersikap kritis terhadap masalah ketimpangan yang menggejala dikalangan umat Islam. Visi ini amat mempengaruhi pemikiran Amien untuk selalu bersikap kritis terhadap Muhammadiyah yang dewasa ini dipandang mandek.

2.      Abdurrahman Wahid
Semenjak pulang dari Mesir, Gus Dur langsung terjun ke dunia pesantren, karena gagasan-gagasan awalnya ia berasal dari pesantren. Usaha memodernisasi kan pesantren melalui berbagai kerjasama baik dengan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat merupakan garapan utama dan pertama Gus Dur. Di samping itu, ia mempunyai komitmen terhadap gagasan pengembangan masyarakat.
Tranformasi sosio-kultural bagi kalangan masyarakat bawah adalah obsesi yang demikain kental mewarnai berbagai pemikiran Gus Dur. Usahanya dalam membentuk BPR NU bekerjasama dengan Nusuma dan keterlibatannya diberbagai forum LSM, dalam dan luar negeri.
Sementara itu, Gus Dur dalam memandang realitas selalu mengaitkan dengan fiqh. Karenanya ia menampung segala persoalan dipecahkan melalui jalan kefiqhian bukan teologis. Salah satu keperpihakan Gus Dur adalah ia dekat dengan kaum pinggiran yang secara budaya adalah masyarakat tradisonal.

3.      Nurcholis Madjd
Secara disipliner, Cak Nur lebih menitik beratkan pada kajian filsafat Islam dan sosiologi modern (Barat), disamping giat mengakses kembali tradisi klasik Islam. Gagasan Cak Nur dalam pemikiran Islam menginginkan adanya persambungan Islam dengan kemoderenan. Umat Islam harus apresiatif terhadap kemoderenan.
Sementara itu, ia menganjurkan umat Islam agar memiliki respons terhadap Barat. Dengan melihat kenyataan sebenarnya seperti; Etos kerja, hasil ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peradabannya sekaligus. Bertolak dari idenya itu, ia menganjurkan supaya umat Islam dapat mengawinkan metodologi studi Islam klasik dengan studi Islam modern.
Gagasan ini mulai mantap ketika ia pulang dari Chicago dan memperoleh doktor dibidang filsafat Islam. Gagasan itu juga ditunjang berdasarkan sejumlah studi Islam klasik, sehingga kemoderenan diberi makna baru, dalam pengertian bahwa kemoderenan bukan lagi lawan tradisionalisme yang, dalam batang tubuh umat Islam, selalu dinisbatkan kepada pesantren. Kemoderenan menurut Cak Nur dipahami sebagai persambungan antara visi lama dengan visi baru.

4.      Jalaluddin Rahmat
Jalaludin Rahmat menawarkan visi Islam yang menekankan pesan pada dimensi sosialnya. Selama ini umumnya visi Umat Islam lebih berdimensi ritual. Penghayatan semacam ini dinilai telah ikut mereduksi Islam dalam urusan sosial. Padahal, masalah sosial jauh lebih diperhatikan al-qur'an dan sunnah daripada yang ritual. Salah satu pemikirannya tentan Islam Aktual yang sekaligus merupakan salah satu judul bukunya yang datang belakangan menunjukkan adanga persambungan dan perkembangan visi Islam dalam dimensi sosial tadi.
Keperpihakan Jalal terhadap mustadh'afin merupakan salah satu visi keislamannya.
Gagasan ini cukup sentral dan semakin kental, apalagi justifikasinya terhadap ide ini ditunjang oleh studi Islam Klasik yang cukup luas. Namun, harus segera ditambahkan, bahwa ide sentralnya bagi pemihakan terhadap mustadh'afin ini masih baru pada batas konseptual.

Keyword

  • Ahli pemikir islam


Previous
Next Post »
0 Komentar