1.
Amien Rais
Amien
adalah sosok yang sangat apresiatif terhadap pemikiran Islam puritan dari
tokoh-tokoh ikhwan al-Muslimun dan jema'at al-Islami, dan pemikiran kaum
modernis awal yang secara teologis dan ritual mempengaruhi Muhammadiyah. Di
samping itu, ia juga minat dibidang politik nasional dan internasional,
merupakan titik berat kajian Amien. Berbagai pengamatan Amien yang intens
mengenal pelbagai persoalan politik ditingkat internasional, khusunya Timur
Tengah, merupakan bidang keahlian yang menonjol.
Dalam
bidang pemikiran Islam, visi Amien merupakan counter terhadap gagasan
modernisasi, sekulerisasi, dan liberalisasi. Bagi Amien, sikap yang demikian
merupakan suatu "ancaman" yang harus diwaspadai oleh kaum muslim.
Soalnya, sekulerisasi menurut Amien sesuatu yangtidak bisa dikompromikan dengan
agama.
Sikap
Amien yang kritis terhadap sesuatu yang ‘berbau' Barat mungkin bisa dipahami,
mengingat pandangan-pandangan keislamannya yang serba alternatif. Kritik-kritik
terhadap pahan leiberalisme dan sosialisme-marxisme dengan pisau analisis
Islam, menempatkan posisi pada kelompok pembaruan Islamisasi. Titik berat pesan
Amien dalam pembaruan adalah, bagaimana realitas dan pembaruan sosial
ditundukkan oleh agama. Dan puncak segala sesuatu itu, bergantung pada semangat
tauhid sebagai inti ajaran. Dalam usaha menundukkan realitas lewat syari'at
inilah Amien menganjurkan untukbersikap kritis terhadap khurafat dan bid'ah
tradsi dan nilai modern yang ‘jahili'. Laulu ia menawarkan tajdidi yang memang
khas Muhammadiyah yaitu mengembalikan persoalan kepada al-Qur'an dan Sunnah.
Hal
lain yang menjadi penekanan Amien ialah terhadap masalah keadilan sosial,
Ijtihad Amien yang tergolong cukup berani ialah saat menawarkan zakat profesi
sebesar 20 persen. Gagasan ini, tentu saja dilatarbelakangi ooleh komitmen
Amien untuk selalu bersikap kritis terhadap masalah ketimpangan yang menggejala
dikalangan umat Islam. Visi ini amat mempengaruhi pemikiran Amien untuk selalu
bersikap kritis terhadap Muhammadiyah yang dewasa ini dipandang mandek.
2.
Abdurrahman
Wahid
Semenjak
pulang dari Mesir, Gus Dur langsung terjun ke dunia pesantren, karena
gagasan-gagasan awalnya ia berasal dari pesantren. Usaha memodernisasi kan
pesantren melalui berbagai kerjasama baik dengan pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat merupakan garapan utama dan pertama Gus Dur. Di samping itu, ia
mempunyai komitmen terhadap gagasan pengembangan masyarakat.
Tranformasi
sosio-kultural bagi kalangan masyarakat bawah adalah obsesi yang demikain
kental mewarnai berbagai pemikiran Gus Dur. Usahanya dalam membentuk BPR NU
bekerjasama dengan Nusuma dan keterlibatannya diberbagai forum LSM, dalam dan
luar negeri.
Sementara
itu, Gus Dur dalam memandang realitas selalu mengaitkan dengan fiqh. Karenanya
ia menampung segala persoalan dipecahkan melalui jalan kefiqhian bukan
teologis. Salah satu keperpihakan Gus Dur adalah ia dekat dengan kaum pinggiran
yang secara budaya adalah masyarakat tradisonal.
3.
Nurcholis Madjd
Secara
disipliner, Cak Nur lebih menitik beratkan pada kajian filsafat Islam dan
sosiologi modern (Barat), disamping giat mengakses kembali tradisi klasik
Islam. Gagasan Cak Nur dalam pemikiran Islam menginginkan adanya persambungan
Islam dengan kemoderenan. Umat Islam harus apresiatif terhadap kemoderenan.
Sementara
itu, ia menganjurkan umat Islam agar memiliki respons terhadap Barat. Dengan
melihat kenyataan sebenarnya seperti; Etos kerja, hasil ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta peradabannya sekaligus. Bertolak dari idenya itu, ia
menganjurkan supaya umat Islam dapat mengawinkan metodologi studi Islam klasik
dengan studi Islam modern.
Gagasan
ini mulai mantap ketika ia pulang dari Chicago dan memperoleh doktor dibidang
filsafat Islam. Gagasan itu juga ditunjang berdasarkan sejumlah studi Islam
klasik, sehingga kemoderenan diberi makna baru, dalam pengertian bahwa
kemoderenan bukan lagi lawan tradisionalisme yang, dalam batang tubuh umat
Islam, selalu dinisbatkan kepada pesantren. Kemoderenan menurut Cak Nur
dipahami sebagai persambungan antara visi lama dengan visi baru.
4.
Jalaluddin
Rahmat
Jalaludin
Rahmat menawarkan visi Islam yang menekankan pesan pada dimensi sosialnya.
Selama ini umumnya visi Umat Islam lebih berdimensi ritual. Penghayatan semacam
ini dinilai telah ikut mereduksi Islam dalam urusan sosial. Padahal, masalah
sosial jauh lebih diperhatikan al-qur'an dan sunnah daripada yang ritual. Salah
satu pemikirannya tentan Islam Aktual yang sekaligus merupakan salah satu judul
bukunya yang datang belakangan menunjukkan adanga persambungan dan perkembangan
visi Islam dalam dimensi sosial tadi.
Keperpihakan
Jalal terhadap mustadh'afin merupakan salah satu visi keislamannya.
Gagasan
ini cukup sentral dan semakin kental, apalagi justifikasinya terhadap ide ini
ditunjang oleh studi Islam Klasik yang cukup luas. Namun, harus segera
ditambahkan, bahwa ide sentralnya bagi pemihakan terhadap mustadh'afin ini
masih baru pada batas konseptual.
- Ahli pemikir islam
0 Komentar